BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan
pada suatu masalah yang memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu
ada masalah, baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Dari semua masalah
tersebut, tidak semua masalah yang memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan
penelitian. Perbedaanya adalah pada kegiatan penyelesaian masalah. Selain
masalah, komponen penting yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan
penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk penyelesain
masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang disebut penelitian dapat dilakukan
secara sistematis dengan mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori
yang ada serta diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).
Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa
aspek, diantaranya aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian. Menurut Gay
(dalam Sukardi, 2004:13) Aspek tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut.
Aspek metode terdiri atas penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian
survei, penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai
eksperimen. Sedangkan, aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu penelitian kependidikan dan penelitian nonkependidikan (Sukardi,
2004:13-16).
Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang
diantaranya bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Salah
satu bidang penelitian yang memerlukan perhatian khusus adalah bidang
penelitian pendidikan. Secara umum metode penyelesaian masalah pada penelitian
pendidikan ada dua, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif
yang yang pengumpulan datanya berinteraksi langsung dengan objek penelitianya
dan hasilnya tidak diperoleh melalui prosedur statistik.
Sedangkan metode kuantitatif, pengumpulan datanya
melalui instrumen penelitian berupa populasi dan sampel serta hasilnya
diperoleh melalui prosedur statistic. Salah satu peneltian yang penting dan
bermanfaat dalam dunia pendidikan adalah penelitian korelasional.
Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terdapat
hubungan antarunsur-unsurnya. Seperti hubungan antara guru dengan siswa, guru
dengan materi/kurikulum, materi dengan evaluasi, dan lain-lain.
Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya secara ilmiah
secara statistik melalui metode penelitian korelasional.
B. Tujuan
Penulisan
Mendeskripsikan teori penelitian korelasional dan
contoh penerapan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penelitian
Korelasional
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu
penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel
atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak
terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan
dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang
ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang
disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan
Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk
menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel
atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.
Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian
korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto
karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan
langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang
direfleksikan dalam koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen
(2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena
penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam
konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel.
Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai
bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya
terbatas pada panafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan
kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk diajadi
penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38).
Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi
mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak
menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan
peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti
dalam penelitian eksperimen.
2.
Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam
setting (lingkungan) nyata.
3.
Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi
yang signifikan.
B. Tujuan
Penelitian Korelasional
Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata
(dalam Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada
suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain
berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir
(2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan
antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat
prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya
berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang
ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian
selanjutnya.
C. Ciri - ciri Penelitian
Korelasional
1.
Penelitian macam ini cocok dilakukan bila
variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode
eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
2.
Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa
variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3.
Output dari penelitian ini adalah taraf atau
tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling
hubungan tersebut.
4.
Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu
berdasarkan variabel bebas.
D. Macam
Penelitian Korelasional
1.
Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi
sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki
hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu
yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat
hubungan antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis
ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal
untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi
multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada
umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat
bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara
berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar
variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai
koofisien korelasi merupakn suatu alat statistik yang digunakan untuk
membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien
bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik
statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup
sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok
subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena
itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang
variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel
tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului,
atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.
2.
Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi
yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran
baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus
menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada
pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk
memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain
(Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian
relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku
yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang
diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan
berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi
(disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi
antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan
nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan
penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar
variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa
hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain,
ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa
mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh
karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang
dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua
variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul
lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah.
Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional,
kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor
diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3.
Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan
antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi
multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang
akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion
dan korelasi kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi
suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel
prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak
hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat
dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan
kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel
kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing
variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah
prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi kanonik. Pada
dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel
dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti
regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik
melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk
menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi
serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat
dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda
dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin,
2010).
Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian
eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai
hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.
E. Rancangan
Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis
rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:
1.
Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu
rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua
variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai
tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya
diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien
korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien
korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna
pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”.
Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel,
semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif
mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi
pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).
2.
Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita
mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat
diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi
ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00,
prediksi kita dapat lebih baik.
3.
Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi
sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini
memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang
akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion
variable).
Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi,
variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor
variables).
4.
Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel
yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi
yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
5.
Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik
kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk
membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode
korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path
analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel
design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari
sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya.
Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik
sekaligus.
6.
Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik
yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan
sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.
F. Desain Dasar
Penelitian Korelasional
Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan
perhitungan korelasi antara variabel yang komplek (variabel kriteria) dengan
variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor).
Langkah-langkah tesebut penelitian ini antara lain secara umum menurut Mc Milan
dan Schumaker (2003), yaitu penentuan masalah, peninjauan masalah atau studi
pustaka, pertanyaan penelitian atau hipotesis, rancangan penelitian dan
metodologi penelitian, pengumpulan data, dan analisis data, simpulan.
1.
Penentuan masalah
Dewey (dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42)
menyatakan masalah dalam penelitian merupakan kesenjangan antara yang
diharapkan dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan target yang
telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi target tersebut tidak tercapai. Disetiap
penelitian langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah menentukan masalah
penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Ciri-ciri permasalahan yang layak
diteliti adalah yang dapat diteliti (researchable), mempunyai kontribusi
atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat didukung oleh data empiris serta
sesuai kemampuan dan keinginan peneliti (Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian
korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam
pola perilaku fenomena yang kompleks yang memerlukan pemahaman. Disamping itu,
variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan,
baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan
tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya.
2.
Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan
Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang
penting adalah studi kepustakaan yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh
landasan teori, kerangka pikir dan penentuan dugaan sementara sehingga peneliti
dapat mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan, dan menggunakan variasi
pustaka dalam bidangnya. Macam-macam sumber untuk memperoleh teori yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal, laporan hasil penelitian,
majalah ilmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel
ilmiah dan narasumber.
3.
Rancangan penelitian atau Metodologi Penelitian
Pada tahap ini peneliti menentukan subjek penelitian
yang akan dipilih dan menentukan cara pengolahan datanya. Subyek yang
dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang
menjadi fokus penelitian.
Subyek tersebut harus relatif homogen dalam
faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi
variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti
dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi
kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat
mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor
tertentu kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk
masing-masing kelompok.
4.
Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk
mengukur dan mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes,
pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan.
Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk
angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam
waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor
harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika
tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada
artinya.
5.
Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional
dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan
hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian korelasional, teknik korelasi
bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat
hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian
prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk mengetahui
tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap variabel kriteria.
Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya
melibatkan dua variabel.
Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya
untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk
memprediksi variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan secara
sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau
analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya
dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta
tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh
variabel bebas terhadap variabel terikat.
Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah
bila dua variabel hubungkan maka akan menghasil koefisen korelasi dengan simbol
(r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 sampai
+1. Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling
bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya
saling mendekati ke arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).
6.
Simpulan
Berisi tentang hasil analisis deskripsi dan pembahasan
tentang hal yang diteliti dengan menggunakan mudah dipahami pembaca secara
ringkas.
G. Kelebihan
dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan,
antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel
secara bersama-sama (simultan); dan Penelitian korelasional juga dapat
memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel
yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan
penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga
memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara
intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan
sampel yang besar.
Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara
lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti
menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan
penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat,
karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling
hubungan itu sering tak menentu dan kabur; ering merangsang penggunaannya
sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa
pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna.
(Abidin, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional. (artikel).
Dalam http://www.Muhammad Zainal
Abidin Personal Blog.htm. di akses tanggal 25 September 2010.
Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta:
Fikom Universitas Mercubuana Jakarta
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif.
Jakarta: PT Raja Grafindo Pergoda.
Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research
in Education. New York: McGraw-Hill.
McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York:
Longman.
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra
edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Ruseffendi. 1993. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi
Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian
Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar