selamat datang di blog saya

Sabtu, 12 April 2014

Desain Penelitian Korelasional

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu masalah yang memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu ada masalah, baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Dari semua masalah tersebut, tidak semua masalah yang memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan penelitian. Perbedaanya adalah pada kegiatan penyelesaian masalah. Selain masalah, komponen penting yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk penyelesain masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang disebut penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).
Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian.  Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004:13) Aspek tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen. Sedangkan, aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan dan penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).
Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang diantaranya bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Salah satu bidang penelitian yang memerlukan perhatian khusus adalah bidang penelitian pendidikan. Secara umum metode penyelesaian masalah pada penelitian pendidikan ada dua, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang yang pengumpulan datanya berinteraksi langsung dengan objek penelitianya dan hasilnya  tidak diperoleh melalui prosedur statistik.
Sedangkan metode kuantitatif, pengumpulan datanya melalui instrumen penelitian berupa populasi dan sampel serta hasilnya diperoleh melalui prosedur statistic. Salah satu peneltian yang penting dan bermanfaat dalam dunia pendidikan adalah penelitian korelasional.
Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terdapat hubungan antarunsur-unsurnya. Seperti hubungan antara guru dengan siswa, guru dengan materi/kurikulum, materi dengan evaluasi, dan lain-lain. Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya secara ilmiah secara statistik melalui metode penelitian korelasional.

B.       Tujuan Penulisan
Mendeskripsikan teori penelitian korelasional dan contoh penerapan.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Penelitian Korelasional
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.
Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel.
Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada panafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38).
Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1.         Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
2.         Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
3.         Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.

B.       Tujuan Penelitian Korelasional
Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.

C.      Ciri - ciri Penelitian Korelasional
1.         Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
2.         Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3.         Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
4.         Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.

D.      Macam Penelitian  Korelasional
1.         Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai koofisien  korelasi merupakn suatu alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.

2.         Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah.
Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3.         Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010).
Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.
E.       Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:
1.         Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).
2.         Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
3.         Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable).
Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).
4.         Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
5.         Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
6.         Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.

F.       Desain Dasar Penelitian Korelasional
Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan perhitungan korelasi antara variabel yang komplek (variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Langkah-langkah tesebut penelitian ini antara lain secara umum menurut Mc Milan dan Schumaker (2003), yaitu penentuan masalah, peninjauan masalah atau studi pustaka, pertanyaan penelitian atau hipotesis, rancangan penelitian dan metodologi penelitian,  pengumpulan data, dan analisis data, simpulan.


1.         Penentuan masalah
Dewey (dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan masalah dalam penelitian merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi target tersebut tidak tercapai. Disetiap penelitian langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Ciri-ciri permasalahan yang layak diteliti adalah yang dapat diteliti (researchable), mempunyai kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat didukung oleh data empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan peneliti (Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.
2.         Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan
Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi kepustakaan yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh landasan teori, kerangka pikir dan penentuan dugaan sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Macam-macam sumber untuk memperoleh  teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber.
3.         Rancangan penelitian atau Metodologi  Penelitian
Pada tahap ini peneliti menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan menentukan cara pengolahan datanya. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian.
Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.
4.         Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada  artinya.
5.         Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel.


Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel hubungkan maka akan menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 sampai +1.  Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).
6.         Simpulan
Berisi tentang hasil analisis deskripsi dan pembahasan tentang hal yang diteliti dengan menggunakan mudah dipahami pembaca secara ringkas.

G.      Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan);  dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur; ering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna. (Abidin, 2010).

  DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional. (artikel). Dalam http://www.Muhammad Zainal Abidin Personal Blog.htm. di akses tanggal 25 September 2010.
Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta: Fikom Universitas Mercubuana Jakarta
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Pergoda.
Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.
McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York: Longman.
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Ruseffendi. 1993. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Senin, 17 Maret 2014

Karakteristik Teknologi dan media Pembelajaran

Karakteristik Teknologi dan Media Pembelajaran

http://www.slideshare.net/sutanhasbullah/karakteristik-teknologi-dan-media-pembelajaran-32427883

Nuzulul Qur'an

NUZULUL QUR’AN
Mata Kuliah
STUDI QUR’AN (TAFSIR TARBAWI)
Oleh.
Hasbullah


BAB I
PENDAHULUAN

 I.              Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang harus mereka imani dan aplikasikan dalam kehidupan mereka agar mereka memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama ini kaum muslimin tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya. Tetapi juga telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga otentitasnya. Upaya itu telah mereka laksanakan sejak Nabi Muhammad Saw masih berada di Mekkah dan belum berhijrah ke Madinah hingga saat ini. Dengan kata lain upaya tersebut telah mereka laksanakan sejak al-Qur’an diturunkan hingga saat ini. Mempelajari Al-Quran adalah kewajiban. Ada beberapa prinsip dasar untuk memahaminya, khusus dari segi hubungan Al-Quran dengan ilmu pengetahuan.
Turunnya Al-Qur’an merupakan suatu kejadian yang sangat mengagetkan sekaligus menggembirakan hati Rasulullah SAW. Sebagaimana turunnya Surat Al-’alaq(ayat:1-5),  Nabi Muhammad SAW  dalam menerimanya sangatlah berat karena karena diturunkan lewat perantara malaikat Jibril sesosok yang membuat Nabi SAW ketakutan. Saat malaikat Jibril menyampaikan wahyu tersebut, Rasullullah juga merasa keberatan karena tidak bisa melaksakan apa yang diperintah malaikat jibril. Tetapi setelah berkali-kali malaikat jibril mengulang akhirnya Rasullah SAW dapat menerimanya. Begitupun saat menerima ayat-ayat yang lain, Rasulullah selalu merasa ketakutan dengan segala sesuatu yang mengiringi ayat-ayat tersebut
Sehingga dapat dipahami bahwa turunkan Al-Qur’an merupakan sebuah peristiwa yang sangat berharga dan menakjubkan untuk dipelajari sebagai upaya untuk meningkatkan keimanan dan pengetahuan terhadap Al-Qur’an. Dengan mempelajari pembahasan masalah tersebut akan diketahui bagaimana arti sebenarnya  nuzulul Qur’an itu sendiri, bagaimana tahapan-tahapan turunnya ayat-ayat tersebut, serta bagaimana bisa ayat-ayat tersebut diturunkan di Makkah maupun di Madinah.

II.           RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian dari nuzulul Qur’an?
2.      Bagaimana Sejarah nuzulul Qur’an?
3.      Bagaimana tahap-tahap tutunnya Al-qur’an
4.      Apa hikmah di balik turunnya Al-qur,an secara berangsur-angsur?

          BAB II              
PEMBAHASAN

F.       Pengertian Nuzulul Qur’an
Secara etimologis, Nuzulul Qur’an berasal dari dua kata yaitu nuzul dan Al-qur’an. Pada dasarnya “Nuzul” itu mempunyai arti turunya suatu benda (materi) dari tempat yang tinggi ke tempat rendah. Akan tetapi “Nuzulul Qur’an” tidak diartikan secara tekstual. Demikian itu karena ketinggian keduduk Al-Qur’an dan besarnya ajaran-ajarannya yang mengubah perjalanan hidup manusia mendatang serta menyambung langit dan bumi serta dunia dengan akhirat[1].
Nuzulul Qur’an yang secara harfiah berarti turunnya Al-Qur’an, sedangkan secara istilah adalah peristiwa penting penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi dan rasul terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad SAW. Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran. Turunnya al-Quran dari Allah SWT kepada Rasullullah SAW diperingati setiap tanggal 17 Ramadhan.[2]
Adapun pendapat lain bahwa Nuzulul Qur’an yang secara harfiah berarti turunnya Al Qur’an adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi dan rasul terakhir agama Islam yakni Nabi Muhammad SAW. Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Quran. Turunnya al-Quran dari Allah SWT kepada Rasullullah SAW diperingati setiap tanggal 17 Ramadhan. Menurut bahasa, kata Al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja iqro yang berarti bacaan. “Quran” menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti “bacaan”, asal kata qara’a. Kata Al Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca). Karena Al-Qur’an bukan saja harus di baca oleh manusia, tetapi juga karena dalam kenyataannya selalu dibaca oleh yang mencintainya. Baik pada waktu shalat maupun di luar shalat[3].

G.      Sejarah Nuzulul Qur’an
Al-Qur’an mulai diturunkan kepada Rasulullah ketika beliau sedang berkhilwat di Gua Hira pada malam Isnen bertepatan dengan tanggal tujuh belas Ramdhan, tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW (6 Agustus 610M). Sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran Al-Qur’an, Allah jadikan malam permulaan turunya Al-Qur’an itu “Al Qodar”, yaitu suatu malam yang tinggi kadarnya[4].
              Menurut hadist Bukhary dari Aisyah ra. Berkata; “ Permulaan wahyu yang diterima Rasullah, ialah mimpi yang benar. Beliau bermimpi seakan-akan melihat sinar subuh dan terjadi persis sebagai dimimpikan". Sesudah itu beliau mulai gemar berkhalwat. Beliau berkhalawat di Gua hira. Beribadah beberapa malam, sebelum beliau kembali kepada keluarganya untuk mengambil  bekal. Sesudah beberapa malam beliau berada di gua, beliau kembali kepada Khadijah sekedar untuk mengambil makanan untuk beberapa hari. Beliau terus berbuat demikian sampai datanglah haq (kebenaran) kepadanya. Malaikat datang lalu berberkata “iqra” (bacalah) “Nabi menjawab” saya tidak pandai membaca” Nabi Menerangkan: “Mendengar jawab itu, malaikatpun memeluku sampai aku terasa kepayahan karena kerasnya pelukkan itu. Kemudia dilepaskan serta disuruh membaca lagi. Aku menjawab seperti yang pertama. Malaikat memeluk lagi sesudah itu barulah malaikan berkata: surat Al-Alaq 1-5[5].

ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
1.  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.  Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.  Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5.  Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

              Ibnu Ishaq, seorang Pujangga Tarikh Islam yang ternama menetapkan turunnya Al-Qur’an itu di sebut Al-Qodar yang menetapkan malam itu adalah malam tujuh belas Ramadhan penetapan ini dapat dikuatkan dengan isyarat Al Qur’an itu sendiri sebagaimana firman Allah swt

*... NçGYtB#uä «!$$Î/ !$tBur $uZø9tRr& 4n?tã $tRÏö6tã tPöqtƒ Èb$s%öàÿø9$# tPöqtƒ s)tGø9$# Èb$yèôJyfø9$# 3 ª!$#ur 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« 퍃Ïs% ÇÍÊÈ
              Artinya: Jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa[6]yang kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di hari Furqaan[7], yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Al Anfal: 41)
Selanjutnya dalam pandangan bahasa Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab yang mana bahasa arab merupakan bahasa ahli surga, tetapi disisi lain penggunaan bahasa Arab jelas Allah mempunyai Alasan yang tidak bisa terbantahkan dan kuat.  ara pakar bahasa Arab sering kali menyebutkan di antara keistimewaan itu, antara lain:
1.      Bahasa Arab adalah Induk Dari Semua Bahasa Manusia
2.      Bahasa Arab adalah Bahasa Tertua dan Abadi
3.      Bahasa Arab adalah Bahasa yang Paling Banyak Diserap
4.      Bahasa Arab Memiliki Jumlah Perbendaharaan Kata yang Paling Banyak[8]
Bila kita liat dalam kajian salah satu ayat adalam Al-Qur’an tentang penggunaan bahasa Arab ini Allah gabarkan dalam Surat (QS Al-Syu'ara [26]: 198-199), yang artinya : Dan kalau Al-Qur’an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir), niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya”. Sehingga dalam kajian ayat tersebut dapat dikatakan bahwa turunnya Al-Qur'an dalam bahasa Arab, merupakan kemurahan dan anugerah bagi orang-orang yang berbahasa Arab. Sekiranya diturunkan bukan dalam bahasa Arab, maka orang-orang yang berbahasa Arab yang sangat berstrata tidak akan beriman kepadanya.

H.      Tahapan Turunnya Al Quran
Sejatinya Al-Qur’an itu diturunkan secara keseleruhan di lauful mahfudz, maka sebenarnya  Al-Qur’an yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril ke dunia berdaskan kebutuhan dan berdasakan kepentingan untuk menjawab persoalan-persoalan umat saat itu dan persoalam umat sekarang ini. Karena sebenranya kitab Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad merupakan kitab penyerpurna dari kitab-kitab sebelumnya (Zabur, Taurat dan Inzil) yang mana kitab tersebut juga harus di imani bagi manusia yang beriman ke pada Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup di Dunia dan penyelamat hidup di akhirat. Maka al-Qur’an sebagai pegangan hidup bagi umat Islam merupakan sebuah kitab yang berisi tentang pembelajaran hidup dan mempelajari hidup.
 Sebelum melihat tahapan turunnya Al-qur’an sebaiknya coba kita melihat beberapa ayat yang menjelaskan tentang turunnya Al-qur’an dan kita melihat beberapa pendapat ulama perihal turunnya Al-Qur’an sebagai tolak ukur pemikiran kita semua tentang tahapan turunya Al-qur’an
Proses turunya  Al-Qur’an dapat kita lihat dalam surat al-Baqarah: 185,
ãöky­ tb$ŸÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmŠÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur ÇÊÑÎÈ
Artinya: beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Di dalam surat lain Allah juga menjelaskan tentang turunkan Al-Quran
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ
Artinya:   Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[9] (al Qodar: 1)

Pendapat Ibnu Abbas dan jumhur ulama bahwa al-Quran turun secara keseluruhan sekaligus, yaitu 6000-an ayat ke Baitul ‘Izzah dilangit dunia yang disambut oleh Malaikat setelah itu diturunkan secara berangsur-angsur selama 23 tahun sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang mengiringinya sejak beliau diutus sampai wafat[10].
Selama 13 tahun beliau tinggal di Makkah, dan selama itu pula wahyu turun kepadanya. Sesudah hijrah, beliau tinggal di Madinah selama 10 tahun. Beliau wafat dalam usia 63 tahun.[11] Dari beberapa pendapat ahli hadits dan sejarawan tergambar garis besar bahwa Al-Quran memiliki dua wujud, wujud lahiriah yang terjelma dalam bentuk lafazh-lafazh dan kalimat-kalimat, kedua adalah wujud batiniah yang tetap berada dalam posisinya. Al-Quran dalam wujud batiniah dan aslinya menjelma dalam hati rasulullah saw secara utuh pada malam Qadr [12].
Kajian mengenai turunnya al-Qur’an, menurut ‘Ali al- Hasan, merupakan kajian yang sangat penting. Dari sana, banyak melahirkan pembahasan, dan bahkan pembahasan tersebut merupakan inti ‘Ulûm al-Qur’ân, seperti proses turunnya al-Qur’an kepada Rasul saw., awal dan akhir surat dan ayat yang diturunkan kepada Rasul, sebab turunnya al-Qur’an, diturunkannya al-Qur’an dalam tujuh dialek, bacaan al-Qur’an, dan lain-lain.
Asy-Sya’bi meriwayatkan dengan dalil-dalil yang shahih dan dapt diterima sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas berpendapat bahwa Al-Qur’an Al Karim itu diturunkan dua kali[13], yaitu
            Pertama, diturunkan sekaligus pada Lailatul qodr ke baitul Izzah di langi dunia, sebagaimana firman Allah QS. Ql Buruj: 21-22.
ö@t/ uqèd ×b#uäöè% ÓÅg¤C ÇËÊÈ Îû 8yöqs9 ¤âqàÿøt¤C ÇËËÈ
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.( QS. Ql Buruj: 21-22)

Mengenai waktu kapan turunya, bagaimana wajudnya dan cara Allah menurunkan Al-Quran ke lauh mahfudz, tidak ada seorangpun yang mengetahui dan hanya Allah yang mengetahuinya. Hal ini sebagaimana di jelaskan oleh Dr. Muhammad salim Muhsin : “Dalam masalah ini kita hanya wajib memepercainya, karen hal ini termasuk perkara ghaib yang wajib diimani oleh orang-orang muttaqin. Kita tidak bisa bertanya tentang bagaimana caranya dan seperti apa wujud kebeadaanya”
Disini ada sisi bahwa Allah swt,  menunjukkan kekuasaan terhadap umatnya dan disinilah cara Allah untuk menjaga keontetikan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagai orang yang bertaqwa. Lebih lanjut hal ini juga dapat di jadi ujian bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dalam memperlakukan Al-Qur’an sebagai firman dan kalam Allah.
            Kedua, diturunkan dari langit dunia ke bumi secara berngangsur-angsur selama dua puluh tiga tahun
Firman Allah: QS. Al Furqon 23.
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Ÿwöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºxŸ2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös? ÇÌËÈ Ÿwur y7tRqè?ù'tƒ @@sVyJÎ/ žwÎ) y7»oY÷¥Å_ Èd,ysø9$$Î/ z`|¡ômr&ur #·ŽÅ¡øÿs? ÇÌÌÈ
Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah[14]supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya[15].

Setelah diturunkan ke Baitul Izzah (langit dunia), untuk selanjutnya diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam satu era yang panjang, yaitu era bitsah, dalam kurun waktu 23 tahun dengan rincian 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Selama 23 tahun tersebut Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah itu dapat disampaikannya kepada seluruh manusia pada waktu itu dan dibantu oleh beberapa orang sahabat saja, sehingga  dalam sejarah dicatat bahwa belum ditemukan dan bahkan mungkin saja tidak akan ditemukan selain Rasulullah yang dapat menyampaikan risalah yang dibawanya kepada umat manusia dalam jangka waktu tersebut[16].




I.         Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara bertahap

1.    Meneguhkan hati Rasulullah SAW[17].
Hal ini dapat di lihat firman Allah:
y7¯=yèn=sù ÓìÏ»t/ y7|¡øÿ¯R #n?tã öNÏd̍»rO#uä bÎ) óO©9 (#qãZÏB÷sム#x»ygÎ/ Ï]ƒÏyÛø9$# $¸ÿyr& ÇÏÈ
Artinya: Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu Karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan Ini (Al-Quran). (Al-Kahfi:6)

Hal ini merupakan langkah yang Allah berikan kepada Rasul untuk menghadapi orang-orang yang berhati batu, berperangai kasar dank eras kepala. Sehingga wahyu turun kepada Rasulullah dari waktu ke waktu sehingga dapat meneguhkan hatinya terhadap kebenaran dan memperkokoh azamnya untuk tetap melangkahkan kaki di jalan dakwahnya tanpa ambil peduli akan perlakuan jahil yang ia hadapinya dari masyarkatnya sendiri, karena yang dmeikian itu hanyalah kabur di musim panas yang segera lenyap.

2.    Tantangan dan Mukjizat
Orang musyrik senantiasa dalam kesestan. Mereka sring mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang, untuk menguji kenabaian Rasulullah, mengajukan hal-hal yang batik dan tidak masuk akal. Sebagaimana Allah jelaskan dalam Al-Qur’an:
Ÿwur y7tRqè?ù'tƒ @@sVyJÎ/ žwÎ) y7»oY÷¥Å_ Èd,ysø9$$Î/ z`|¡ômr&ur #·ŽÅ¡øÿs? ÇÌÌÈ
Artinya: Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya (Al-Furqon: 33)

3.    Memudahkan Hafalan dan Pemahamannya
Al-Qur’an karim turun di tengah-tengah umat yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis. Yang menjadi catatat mereka adalah hafalan dan daya ingat. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tatacara paneulisan dan pembukuan yang dapat memungkinkan mereka menuliskan dan membukukannya, kemudian menghafal dan memahaminya.

uqèd Ï%©!$# y]yèt/ Îû z`¿ÍhÏiBW{$# Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ftƒ öNÍköŽn=tã ¾ÏmÏG»tƒ#uä öNÍkŽÏj.tãƒur ãNßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇËÈ
Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (QS. Al-Jumah 2)

4.    Relevan dengan Peristiwa dan Pentahapan dalam Penetapan Hukum
Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama baru ini, jika Al-qur’an tidak member strategi jitu yang dalam merekonstruksik kerusakan dan kerendahan martabat mereka. Pada mulanya Al-Qur’an meletakkan dasar-dasar keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikatNya, Kitab-kitabNya, dan Hari kiamat serta apa yang ada pada Hari Kiamat itu seperti kebangkitan, hisab, balsan surge dan neraka. Untuk itu Al-Qur’an memberikan bukti-bukti argumentative sehingga akar-akar keyakinan keberhalaan tercabut dari jiwa orang-orang musyrik dan gantinya akidah Islam murni.
5.    Tanpa diragukan bahwa Al-Qur’an Al-Karim diturunkan dari sisi Yang aha Bijaksana dan Maha Terpuji.
!9# 4 ë=»tGÏ. ôMyJÅ3ômé& ¼çmçG»tƒ#uä §NèO ôMn=Å_Áèù `ÏB ÷bà$©! AOŠÅ3ym AŽÎ7yz ÇÊÈ
Artinya:  Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu, (Hud: 1)
Ayat ini merupakan penjelasan dan tanggapan atas keraguan atas isi dan apa-apa yang disampaikan dalam Al-qur’an. Semisal ayat tersebut menjelaskan tentang terperincinya  beberapa macam, ada yang mengenai ketauhidan, hukum, kisah, akhlak, ilmu pengetahuan, janji dan peringatan dan lain-lain.
Dari penjelasan hikmah turunnya Al-Qur’an ini merupakan pembuktian bahwa Allah maha agung dan maha mengetahui atas apa yang akan terjadi terhadap Al-Qur’an itu sendiri sehingga Allah telah mempersiapkan atas apa terhadap umat yang akan menerima Al-Qur’an termasuk Nabi Muhammad SAW.  Hikmah ini juga menjelaskan kepada kita bahwa begitu mulia dan sucinya Al-Qur’an ini sampai-sampai Allah sendiri yang menjaga kesuciannya dan kemuliannya.
Hikmah Nuzulul Qur’an merupakan bagian dari jawaban-jawab bagi orang orientalis yang mempermasalahkan akan keberadaan Al-Qur’an, karena disini telah jelas bahwa adanya pembedaan antara Al-Qur’an dan dan kitab-kitab yang sebelum Al-Qur’an dan kitab-kitab yang sekarang ada. Di sisi lain kita bisa sampaikan kepada orang-orang yang mempermasalahkan Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an dalam penulisannya mempunyai tata bahasa yang runtut dan jelas, ini terbutkti dari banyaknya orang yang mampu menghafal Al-Qur’an baik dari segi tulisan bahkan arti dan makna dalam Ayat-ayat dalam Al-Qur’an.
Maka disisi lain bahwa ketika Al-Qur’an diturunkan secara bertahap ini memperlihat kepada semua orang termasuk orang-orang yang tidak meyakini Al-Qur’an salah satunya orang orientaslis, menegasakan bahwa Al-Qur’an adalah ciptaan Allah bukan buat Muhammad seperti yang di lansir beberapa orang Kafir saat itu dan orang orientalis sekarang ini. Setidaknya ada dua lasan bahwa Al-qur’an bukan buatan Reasulullah saw. Pertama, Nabi Muhammad adalah bagian dari bangsa Arab, sedangkan Allah SWT, menatang orang-orang rab untuk membuat tandingan Al-Qur’an, hasilnya tidak ada seorangpun di antara mereka yan sanggup untuk melakukannya. Sebagai mana Allah jelaskan dalam Al-Qur’an dalam surat Al Baqarah 23-24. Kedua, Al-Qur’an sendiri telah mengancam Rasaulullah saw. seadainya menambah atau mengurangi Al-Qur’an. Hal ini di jelaskan oleh Allah dalam firmannya Al-Qur’an surat Al-Haqqah 44-47.  Maka dari ayat-ayat di atas dapat dpahami bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang penuh kemukjizatan dan berguna sebagai pentunjuk dalam kehidupan manusia.

J.        Manfaat Turunkan Al-Qur’an Secara Bertahap Bagi  Dunia Pendidikan dan Pengajaran 
Proses belajar mengajar itu berlandaskan dua asas: perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa, perkembangan potensi akal,  jiwa dan jasmani dengan metode yang dapat membawa ke arah kebaikan dan keterbimbingan[18]
            Bila pelajari dari  apa yang tertera di atas yang diambil dari buku Pengantar Studi Ilmu Al Quran, Syaikh Manna’Al-Qothathan dapat difahami bahwa ada beberapa pelajaran yang dapat diambil dari turunnya AlQur’an dalam dunia Pendidikan dan pengajaran antara lain:
1.       Bahwa dalam dunia pendidikan dan pengajaran harus memperhatikan tingkatan pemikiran siswa dalam menerima, memahami dan menerapakan dari apa yang akan di sampaikan,  sehingganya apa yang di sampaikan itu dapat membuahkan hasil atau dengan kata lain tujuan dari pendidikan dan pengajaran dapat di terwujud.
2.       Potensi akal dalam menerima pendidikan dan pengajaran juga harus di perhatikan karenanya itu dapat menjadi pertimbangan dalam kita menyampaikan materi yang akan di sampaikan kepada peserta didik, proses yang akan di lalui serta evaluasi apa yang akan digunakan oleh pendidik.
3.        Dalan dunia pendidikan dan pengajaran memperhatikan keadaan psikis atau kejiwaan pesta didik menjadi hal penting karena di situ kita sebagai pendidik akan dapat meletakan  dan menggunakan strategi serta materi apa yang akan di sampaikan kepada peserta didik, sehingga perlakukan kitapun akan berbeda. Maka kita dapat lihat sekarang disetiap lembaga pendidikan pasti ada lembaga bimbingan konseling, hal itu kalau kita cermati bahwa itu adalah sebuah solusi untuk mengatasi dan memberikan tanggapan atas masalah-masalah kejiwaan yang ada dalam peserta didik.
4.        Di sisi lain bahwa dunia pendidikan dan pengajaran tidak hanya mengasah akal dan jiwa tetapi pendidikan dan pengajaran itu sendiri dapat menghatarkan siswa untuk dapat sehat dalam jasmaninya. Bagaimana rasulullah dalam gua hira membutuhkan makanan sampai mendapat wahyu, karena hal itu dilakukan untuk menguatkan jasmani, maka selayaknya pendidikan dan pengajaran kita juga harus memperhatikan kesehatan jasmani dari peserta didik itu sendiri.
5.       Metode, itu halnya yang dilakukan oleh Allah kenapa Allah menurunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur dan menggunakan perantara malaikat Jibril itu adalah bagian metode Allah agar pesan yang diinginkan dari Al-qur’an itu sendiri dapat tersampaikan dan itulah bagian dari cara Allah untuk menjaga kesucian Al-qur’an.

  
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

A.      Kesimpulan
Al-Qur’an ialah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah. Dari sejarah diturunkannya Al-Quran, dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Quran mempunyai tiga tujuan pokok :
1.      Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan.
2.      Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
3.      Petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Atau dengan kata lain yang lebih singkat, Al-Quran adalah petunjuk bagi seluruh manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Sejarah turunnya Al-Qur’an telah megajarkan kepada kita sebagai manusia betapa hebatnya Allah menurunkan kalam-kalamnya sehingga semua manusia yang telah tau isinya pasti tidak akan megingkari kecuali mereka yang ingin mengikari dengan sengaja.
B.       Penutup
Demikianlah makalah ini kami buat, kami sadar dalam makalah ini masih banyak kesalahan dalam penulisan maupun dalam penyampaiannya. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami perlukan guna memperbaiki makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Daftar Pustaka

Abu Anwar, Ulumul Quran Sebuah Pengantar, Pekanbaru, Amzah,  2002
Ahmad Sarwat, Lc. http://www.eramuslim.com
Ahmad Syadali, Ahmad Rofi, Ulumul Qur’an I, Bandung, Pustaka Setia, 2000
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Jakarta, Bulan Bintang 1980
Makalah Nuzulul Qur’an,www.Senyumkudakwahku.blogspot.com (diakses tanggal 24 September 2013, pukul 23.00)
Manna, al-Qoththan, Pengantar Studi Ilmu Al Quran,  Jakarta: Pustaka Al Kautsar 2012
Pengantar Ilmu al Quran. www.nur-isa.blogspot.com (diakses tanggal 24 September 2013 pukul 11.00 WIB)
Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an “Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung : Mizan, 1996.



[1]  Ahmad Syadali, Ahmad Rofi, Ulumul Qur’an I, Bandung, Pustaka Setia, 2000 hlm. 31
[2] Makalah Nuzulul Qur’an,www.Senyumkudakwahku.blogspot.com (diakses tanggal 24 September 2013, pukul 23.00)
[3] Quraish Shihab, Membumikan Al Qur’an “Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung : Mizan, 1996. h. 37
[4] Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Jakarta, Bulan Bintang 1980, hlm. 37
[5] Ibid, hlm 39
[6] yang dimaksud dengan apa ialah: ayat-ayat Al-Quran, malaikat dan pertolongan
                                [7] Furqaan ialah: pemisah antara yang hak dan yang batil. yang dimaksud dengan hari Al Furqaan ialah hari jelasnya kemenangan orang Islam dan kekalahan orang kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan di peprangan Badar, pada hari Jum'at 17 Ramadhan tahun ke 2 Hijriah. sebagian Mufassirin berpendapat bahwa ayat Ini mengisyaratkan kepada hari permulaan Turunnya Al Quranul Kariem pada malam 17 Ramadhan.

[8] Ahmad Sarwat, Lc. http://www.eramuslim.com
[9] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan Turunnya Al Quran.
[10] Abu Anwar, Ulumul Quran Sebuah Pengantar Pekanbaru : Amzah 2002 hlm hlm 20
[11] Manna, al-Qoththan, Pengantar Studi Ilmu Al Quran,  Jakarta: Pustaka Al Kautsar 2012) hal.125
[12] Pengantar Ilmu al Quran. www.nur-isa.blogspot.com (diakses tanggal 24 September 2013 pukul 11.00 WIB)
[13] Ibid hlm. 129
[14] Maksudnya: Al Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati nabi Muhammad s.a.w menjadi Kuat dan tetap
[15] Maksudnya: setiap kali mereka datang kepada nabi Muhammad s.a.w membawa suatu hal yang aneh berupa usul dan kecaman, Allah menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata
[16] Op.cit . Abu Anwar, hlm. 19
[17] Loc.cit , hlm. 134
[18] Op.cit hlm 148