selamat datang di blog saya

Senin, 30 November 2015

Burung Bertasbih


Mengibakkan sayap-sayap dalam dekapan Ridho illahi,
bersuara untuk bersama dalam terbangnya,
membangun fomasi dalam mempermudah tebang dan mengitarin alam,
bertasbih burung dalam buaian kebebasan dan kebersamaan,
dalam halauan angin yang menjadi teman sebayanya.

Burung bertasbih dengan suaranya yang lantang tapi indah,
dengan suaranya yang malu-malu tapi ingin di manja,
dengan suaranya yang tak ada arti tapi berarti bagi pemiliknya.
Bertasbih burung dalam decak kagum yang melihatnya. 

Burung bertasbih di pagi hari menyuarakan tentang kehidupan,
burung bertasbih pada siang hari menyuarakan kebebasan,
burung bertasbih pada sore hari untuk menyuarakan kembali pada asal.
Burung bertasbih menyuarakan keindahan,
menyuarakan kebahagiaan,
menyuarakan kesedihan,
menyuarakan kejujuran,
menyuarakan kebohongan,
burung bertasbih menyuarakan keterwakilan hidupnya di dunia.

Kesyukuran burung tiada henti
walaupun nasibnya tak nentu
kapan dia akan hinggap di pohon yang rindang,
makanan yang mencukupi,
atau terhindar dari  bahaya buruan
seorang yang ingin memiliki dan memakannya,
tapi burung tetap tegar dan tetap kuat menghadapi
karena burung selalu bertasbih
dalam ungkapan Ke syukuran
dan cinta kepada Tuhan maha pencipta
.
Burung bertasbih, tiada henti,
hingga iya mati
bersama kisah yang sejati,
menjadi seekor burung berani
yang warnanya seperti pelangi.

Hasbullah
Pringsewu, 30 November 2015



Jejak-jejak Bambu Nusantara Refleksi Festival Bambu Nusantara 9 Pringsewu, 29-30 2015.


Ajang kreatifitas dan aja penyaluran dari maksimalisasi potensi diri dan potensi kelompok menjadi satu karya yang mengekspresikan Eksistensi dan pengakuan kearifan lokal yang melahirkan kekuatan budaya dan kekuatan seni yang luhur nilainya, nilai yang mengangkat jati diri serta harkat dan martab kedaerahan.

Vestifal bambu nusantara sudah harus menjadi sebuah pengaruh yang tinggi untuk mengangkat sebuah tekat yang menjulang tinggi ke langit sebagaimana filosofi tumbuhnya bambu yang menjulang tinggi di atas, tapi tetap bernilai kebermanfaatan dan kebersamaan. Menjulang tinggi ke angkasa bukan kesombongan yang di wujudkan melaian bagian dari satu identitas tubuh dan berkembangan. Sehingga vestifal bambu harus melahirkan sebuah Cita cita yang tinggi dalam rangkat mengangkat harkat dan martabat kehidupan bangsa dengan filosofi bambu.

Nilai yang yang ada dalam bambu ada nilai fondasi yang sangat kuat dalam keberadannya. Festival Bambu nusantara menjadi wahana untuk menanamankan dan mengakarkan pondasi yang kuat terhadap penghargaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam menjalankan kehidupan. Pondasi ini mengajar seorang yang ada dan terlibat dalam vestifal memiliki pondasi yang kuat untuk melahirkan nilai-nilai kemanusia, nilai-nilai kebudayaan, sosial dan nilai penghargaan atas potensi.
Bambu mengajarkan kita sebuah karakter diri, bambu memperlihat sebuah karakter yang berbeda dengan pohonlainnya. Ada pelajaran Karakter bambu yang dapat kita ambil dan menjadi pelajaran dari festival bambu 9. Karakter Religius sebuah sikap bambu yang taat kepada pelindung dan penjaganya, tidak pernah menolkan terhadap perintah dan jani Tuhan Kepada nya. Ada nilai toleransi terhada peribadahan dan tidak pernah mengganggu agama satu dengan agama lain dan tidak ada justitifikasi pembenaran dan penyalahan terhadap suatu agama. Karakter ini harus kita lahirkan di negeri pringsewu tidak menyalahan atas kerusuhan dan ketidak nyaman atas nama agama, tapi karakter ketuhanan menjadi landasan.
Bambu memberikan pelajaran Karakter kejujuran bambu menjadi diri yang jujur atas pertumbuhan, jujur ata perkembangan bambu dan jujur atas usia serta warana yang ada. Refleksi festifal bambu harus melahirkan pribadi-pribadi pada diri seorang yang mengaku dirinya memiliki bambu seribu menjaga bambu seribu dari kebohongan dan pencari keutungan sementari dengan atas nama kekuasaan pangkat dan derajat dunia. Nilai kejujuran harus menjadi pembeda antara perkembangan bambu seribu dan bukan pemilik bumbu seribu.

Bambu mengajarkan karakter disiplin, disiplin dalam memberikan kebermanfaatan dalam kehidupan manusia. Bambu siap menjadi dinding rumah disebut gribik, bambu siap menjadi anyaman pembersih beras di sebut tampah, bambu siap menjadi apapun yang penting si penggunanya bahagia dan tak akan menolaknya, itulah disiplinnya bambu dalam kebermanfaat dan fungsinya. Maka hajatan festival Bambu seribu melahirkan seorang yang disiplinnya seperti bambu dalam manfaat dan fungsinya. Karena bambu yang tidak disiplin akan mencelakakakn penggunanya bahkan di hujat, di hinakan dan bisa jadi di bengkalaikan. Festival Bambu seribu melahirkan penikmatnya menjadi disiplin dalam pemakmuran seribu menjadi seribu yang sebenarnya bambu yang bisa menyejukan, bambu yang disiplin memberikan sumber air untuk kehidupan dan bambu yang melahirkan generasi yang sama bahkan lebih dari induknya. Disiplin bambu tak berbalas,tak terbatas tapi tak akan habis untuk di bahas.

Karakter bambu Kerja Keras, bambu memberikan contoh Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Karakter ini menjadi satu ciri karakter manusia Indonesia sejak meraih dan memperjuangkan kemerdekaan, maka kerja keras harus menjadi sebuah poit yang harus di ambil dari hikmah festival Bambu seribu. Kerja keras di negeri bambu seribu ini harus menjadi sebu identitas tersendiri seperti kerja kerasnya mambu membesarkan tubuh bambunya sehingga bermanfaat. Selain kerja keras bambu telah memberikan pelajar terhadap hidup ini harus kerja cerdas ini terlihat dari hasilnya bambu bis di gunakan untuk kebaikan bahkan menjadi senjata kemerdekaan menjadi bahasa "Bambu Runcing" dan menjadi sebuah lambang kemerdekaan bagi bangsa ini. Selain itu bambu juga telah menciptakan karakter kerja ikhlas, hal ini terlihat dari fungsi dan kegunaan bambu yang di pergunakan oleh manusia dari tempat yang terpuruk, buruk dan terhina sampai di pergunakan di tempat indah istimewa dan penuh dengan pujian salah satunya di pergunakan dengan kata Festival Bambu.

Terakhir karakter yang di lahirkan dari bambu adalah karakter Tanggung jawab, sikap dan perilaku bambu untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang disampaikan Tuhan kepada dirinya di laksanakan dengan baik. Bagitupun seharusnya yang kita lakukan hidup seharusnya dia laknakan dengan baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), serta terhadap Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Inilah diataranya karakter bambu yang bisa kita ambil walupun penulis yakin ada penilain karakter bambu yang lain.


Secara kekinian bambu memberikan pelajaran kepada kita untuk hidup sedehana terlihat dari anyaman yang di rajut dan anyamannya bambu yang sangan indah dan penuh dengan nilai seni inilah yang menghantarkan kita menjadi pribadi yang luhur. Dalam perjalanan hidupnya bambu telah menjadikan dirinya untuk hidup fleksibel kita bisa lihat bahwa tidak ada bambu yang tumbang diantara pohon yang lain ketika di hantam angin puting beliung inilah nilai fleksibelitas pohon bambu yang sebenarnya bisa di ambil oleh para pemimpin dan pelaksana titah negeri ini untuk fleksibel tapi diring dengan ketegasan dan bijak dalam kepemimpinannya.

Semoga vestifal bambu yang di adakan di kabupaten Pringsewu bukan hanya sekedar acara seremonial belakang yang hingar dan bingar. Bukan hanya penyaluran kreatifitas seni dan keahlian belaka tapi jauh dari itu vestifal bambu Nusantara ini mampu melahirkan pribadi-pribadi yang luhur pribadi Kuat , tegar , kokoh, tangguh, lentur, ulet dan bermanfaat untuk semua. Semoga Vestifal Bambu Nusantara 9 tidak meninggal masalah tapi melahirkan kebanggan dan keindahan untuk negeri BERSENYUM MANIS dan JEJAMA SECANCANAN.
Selamat Menikmatik VESTIFAL BAMBU NUSANTRA 9..

Pringsewu, 29 November 2015

Hasbullah
Koordinator MATA KIRI Pringsewu

Refleksi DAD IMM Pringsewu 27-29 November 2015 "Menciptakan kader militan dengan penanaman nilai dasar ikatan"


Dinamika organisasi salah satunya adalah pengkaderan atau proses untuk menciptakan penerus. Organisasi yang sukses adalah ketika dia mampu melahirkan kader-kader yang mumpuni mengemban visi,misi dan tujuan serta mampu menggerakan roda organisasi
Darul arqom dasar adalah bagian dari hal tersebut bukan hanya sekedar rutinitas berkepanjangan tanpa ada bekas dan Tujuan yang tertata dan teratas dalam organisasi, tapi sidah seyogyanya Darul arqom dasar menjadi pijakan utama dan pertama dan membangun militansi seorang kader dengan organisasi IMM khususnya. Sehingga Darul Arqom Dasar harus menjadi titik tolak awal untuk melahirkan kader yang diingin oleh organisasi IMM, jangan sampai apa yang kita korban di DAD tidak ada rasa bahkan hampa.
Kader adalah orang atau kumpulan orang yang dibina oleh suatu lembaga kepengurusan dalam sebuah organisasi, baik sipil maupun militer, yang berfungsi sebagai 'pemihak' dan atau membantu tugas dan fungsi pokok organisasi tersebut (Nano Wijaya).
Kader merupan seorang yang berjuang dan memperjuangkan organisasi yang ada dalam dirinya tanpa harus melihat apa yang di kerjakan karena hal itu adalah tugas dari organisasi. Di panggil atau tidak di panggil kader akan senentiasa berkorban dan berjuangan.
Pringsewu sebagai salah satu bagian dari tiang IMM di rumah yang besar telah berusaha untuk melahirkan kader dengan bingkai kebersmaan dan semangat tinggi. Dengan rumusan dan keinginan untuk melahirkan kader yang milatan di rasa sangat mungkin ketika pengkaderan berjalan dengan kontinyu dan masif dalam pendampingan setelah itu.
Kilas kembali tentang kader Militan, kader militan ialah kader yang memiliki semangat yang tinggi, tidak mudah menyerah, cerdas dalam bertindak, dan terus memperbaiki dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Pribadi yang unggul dalam hal intelektual dan unggul dalam relegius dan kader yang unggul dalam hal sosial kemasyarakatan. Dapat terwujud dengan adanya kader yang militan dengan apa yang dingin oleh organisasi dengan jalan pengkaderan tersistem, kontinyu dan berkesinambungan.
Selain itu kader militan adalah kader yang ketika mendapat tugas dan mendengar perintah dari pimpinan meresponnya dengan cepat-cepat tanpa ragu atau berkomentar, karena ia memahami bahwa tugas dan perintah yang datang dari pimpinan adalah untuk segera dilaksanakan bukan untuk didiskusikan. Karena tugas yang di lakasnakan adalah dalam rangka pnyuksesan organisasi serta bernilai ibadah. Sehingga tugas yang di kerjakan adalah bentuk atas kecintaan kepada ikatan serta ungkapan bahwa kader itu butuh IMM.
Perlahan tapi pasti sudah seyognya kader Militan harus di bangun, diciptakan dan lahir sehingganya tantangan zaman yang di hadapi IMM bisa terselesaikan. Dengan penegasan Nilai dasar ikatan menjadi pemikiran imawan dan imawati Pringsewu dalam melahirkan kader Militan. Empat karekter kader dengan lar belakang kader berbeda STKIP, STIE, STIKES dan STIS menjadi satu modal besar untuk membuat warna militansi kader IMM Pringsewu Lampung.
Semoga Darul Arqom Dasar bukan hanya acara rutinitas dan sosialisasi IMM kepada Mahasiswa, tapi DAD mejadi sarana evaluasi perkembangan kader IMM dan kader Muhammadiyah. Untuk menjawab kebutuhan Muhammadiyah khususnya dan kebutuhan Ortom yang ada di Pringsewu.
Menolak Tunduk dan Bangkit Melawan Penindasan Karena Diam adalah Penghiatan.


Pringsewu, 28 November 2015
Hasbullah
Dosen STIKes Muhammadiyah Pringsewu

Simponi cumbuan alam


Ter hantam angin malam, ditemani oleh sunyinya dan merdunya kicauan suara suara kendaraan yang bersahabat, binar sinarnya seperti linangan air mata yang terkana sinar keikhlasan seorang anak manusia
Melaju terus tak terhenti kesunyiannya pun menjadi kenikmatan yang tak semua orang merasakan, karena hangatnya pelukan kain yang membalut kapuk di atas kayu berpermadanikan kelembutan yang Tuhan telah persiapkan bagi hambanya
Sinar sinar kecil di pinggir pingir pembatas jalan menjadi pengawas pengawas yang tak bersuara tapi menyuarakan kewaspaan, teras mengalir darah kenikmatan, menikmati indahnya alam semesta
Cumbuanku malam ini dengan alam terasa menggeleparkan dan mengenyahkan kegelisahan ku akan lelah dan tanda tanya akan sebuah cubuan tanpa batas dan keperkasaan suasananya.
Alamni telah memanggil atas kesyukuranku, angin inipun menambah kalimat-kalimat bahwa keindahan dan kesungguhan Tuhan dalam melayani dan membahagiakan mahlukNya.
Hasbullah
Pringsewu, 26-11-2015
23.00

Sang Pejuang


Nada dalam perjuangan
Sebagai senandung penyemangat menyelesaikan tugas
Sebagai Senndaung dalam menjalankan tanggu jawab,
Hiruk pikuk perjuangan akan menjadi aromanya.

Loyalitas dalam perjuangan
Merupakan bentuk kita menjalankan tugas
Sebagai khalifah yang telah di berikan oleh Allah
Sejak kita sudh ada dirahim seorang yang mulia
Mulia di dunia setelah Allah dan Rasul.

Loyalitas yang akan menjadi bagian
Bagian yang di nilai oleh seorang terhadap kita.
Komitmen dalam perjuangan adalah
Luapan nilai-nilai ibadah sosial
yang telah Allah jadikan untuk kita
sebagai bagian dari bentuk ketundukan
dan ketaan kita kepadaNya
ketika kita di berikan Nilai-nilai pemikiran Nilai Nafsu.

Maka nikmati nada-nada perjuangan itu
agar kita merasakan nikmat perjuangan
Indahnya dan sejuknya perjuangan.
Jangan berharap yang lebih dari perjuangan
bila kita tidak memberi nilai lebih kepadanya.


Maka jadikan hiruk pikuk aromanya
menjadi bunga-bunga seperti ditaman rumah kita
yang akan menyejukan padangan di pagi dan sore hari.
Menyejukkan hati ketika penat
Menjadi tempat bergembira bersama keluarga.

Tetaplah dalam Jalan perjuangan,
karena perjuangan akan selesai pada waktunya
Waktu dimana  kita di pisahkan
dengan nilai-nilai kedunian yang fana
dan menghadap nilai-nilai kehiduapn sebenarnya...
Hidup di Akhirat


Hasbullah
Metro, 26, November 2015




Langit Cinta


Tersenyum menjemput awal kehidupan
Menyapa tatkala menghantarkan memorynya
Menundukan hati melepaskan kehangat untuk menjemput kesunyian
Ditemani cerianya langit cinta

Berdedang syair-syair kehidupan alam semesta
Menyuarakan keindahan dan kenikmatan tuhannya
Tapak-tapak kaki mahluknya menjadi bekas tak terbatas
Jejak-jejak suara riuh gemuruh menjadi pengisinya
Langit cinta memberikan nuasa kehangatan kehidupan
Langit cinta menghadirkan suasa yang kian syahdunya
Langit cinta memburu suara keramahan bagi makhluknya
Langit cinta menghaturkan rasa syukur kepadaNya
Mengakar tanpa akar yang membuat gusar
Menyinari dengan melahir kehangat dan kelembutan
Menyirami tak ada basah tapi menyuburkan
Tersenyum tanpa minta berbalas
Memperhatikan tanpa minta di kembalikan
Memberikan kasih sayang tanpa minta bayaran
Itulah Langit Cinta...
Penuh ketulusan dan kebahagian..


Pringombo, 21 November 2015

Sabtu, 12 April 2014

Desain Penelitian Korelasional

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu masalah yang memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu ada masalah, baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Dari semua masalah tersebut, tidak semua masalah yang memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan penelitian. Perbedaanya adalah pada kegiatan penyelesaian masalah. Selain masalah, komponen penting yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk penyelesain masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang disebut penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta diperkuat dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).
Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian.  Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004:13) Aspek tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen. Sedangkan, aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan dan penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).
Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang diantaranya bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Salah satu bidang penelitian yang memerlukan perhatian khusus adalah bidang penelitian pendidikan. Secara umum metode penyelesaian masalah pada penelitian pendidikan ada dua, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang yang pengumpulan datanya berinteraksi langsung dengan objek penelitianya dan hasilnya  tidak diperoleh melalui prosedur statistik.
Sedangkan metode kuantitatif, pengumpulan datanya melalui instrumen penelitian berupa populasi dan sampel serta hasilnya diperoleh melalui prosedur statistic. Salah satu peneltian yang penting dan bermanfaat dalam dunia pendidikan adalah penelitian korelasional.
Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terdapat hubungan antarunsur-unsurnya. Seperti hubungan antara guru dengan siswa, guru dengan materi/kurikulum, materi dengan evaluasi, dan lain-lain. Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya secara ilmiah secara statistik melalui metode penelitian korelasional.

B.       Tujuan Penulisan
Mendeskripsikan teori penelitian korelasional dan contoh penerapan.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Penelitian Korelasional
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.
Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel.
Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada panafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38).
Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1.         Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
2.         Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
3.         Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.

B.       Tujuan Penelitian Korelasional
Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.

C.      Ciri - ciri Penelitian Korelasional
1.         Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
2.         Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3.         Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
4.         Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.

D.      Macam Penelitian  Korelasional
1.         Penelitian Hubungan
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai koofisien  korelasi merupakn suatu alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.

2.         Penelitian Prediktif
Dalam pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah.
Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3.         Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010).
Seringkali korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.
E.       Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:
1.         Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).
2.         Regresi dan Prediksi
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
3.         Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable).
Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).
4.         Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
5.         Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
6.         Analisis sistem (System Analysis)
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.

F.       Desain Dasar Penelitian Korelasional
Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan perhitungan korelasi antara variabel yang komplek (variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Langkah-langkah tesebut penelitian ini antara lain secara umum menurut Mc Milan dan Schumaker (2003), yaitu penentuan masalah, peninjauan masalah atau studi pustaka, pertanyaan penelitian atau hipotesis, rancangan penelitian dan metodologi penelitian,  pengumpulan data, dan analisis data, simpulan.


1.         Penentuan masalah
Dewey (dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan masalah dalam penelitian merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi target tersebut tidak tercapai. Disetiap penelitian langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Ciri-ciri permasalahan yang layak diteliti adalah yang dapat diteliti (researchable), mempunyai kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat didukung oleh data empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan peneliti (Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang kompleks yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.
2.         Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan
Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi kepustakaan yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh landasan teori, kerangka pikir dan penentuan dugaan sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Macam-macam sumber untuk memperoleh  teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber.
3.         Rancangan penelitian atau Metodologi  Penelitian
Pada tahap ini peneliti menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan menentukan cara pengolahan datanya. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian.
Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.
4.         Pengumpulan data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada  artinya.
5.         Analisis data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain. Dalam penelitian korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel.


Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel hubungkan maka akan menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 sampai +1.  Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).
6.         Simpulan
Berisi tentang hasil analisis deskripsi dan pembahasan tentang hal yang diteliti dengan menggunakan mudah dipahami pembaca secara ringkas.

G.      Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama (simultan);  dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur; ering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna atau bermakna. (Abidin, 2010).

  DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Muhammad Zainal. 2008. Penelitian Korelasional. (artikel). Dalam http://www.Muhammad Zainal Abidin Personal Blog.htm. di akses tanggal 25 September 2010.
Atmodjo, J. Tri. 2005. Modul Penelitian Korelasi (artikel). Jakarta: Fikom Universitas Mercubuana Jakarta
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Pergoda.
Fraenkel, J.R dan Wellen, N.E. 2008. How to Design and Evaluate research in Education. New York: McGraw-Hill.
McMilan, J dan Schumacher, S. 2003. Research in Education. New York: Longman.
Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Ruseffendi. 1993. Statistika untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Perguruan Tinggi.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.